Tanggal 26 Januari 2009, ada peristiwa langka yang dapat disaksikan di wilayah Indonesia, iaitu gerhana matahari cincin. Tidak seperti gerhana matahari penuh, di mana matahari benar-benar terhalang oleh bulan secara keseluruhan, gerhana matahari cincin menyisakan sebagian sisi luar lingkar matahari tetap terlihat.Salah satu komunitas astronomi di indonesia, berdiskusi tentang kemungkinan menjadikan peristiwa gerhana ini sebagai salah satu cara menera atau menguji keakuratan metode penghitungan awal bulan hijriah. Sebagaimana kita ketahui, di indonesia sering terjadi perbezaan dalam mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan serta Idul Fitri. Salah satu penyebabnya adalah ada banyaknya jenis metode penentuan awal bulan hijriah. Ada yang memakai rukyat (melihat bulan sabit) ada yang hisab (perhitungan). Yang memakai hisab, ternyata juga berbagai macam acuan perhitungannya.Kerana itulah, ada yang mengusulkan bagaimana jika peristiwa gerhana ini dijadikan sebagai salah satu referensi untuk menguji keakuratan hasil perhitungan berbagai metode yang ada. Hal ini didasari dengan kenyataan bahawa pada saat gerhana matahari cincin ini, posisi bulan dan matahari bisa dilihat dengan jelas dan dapat diukur serta diamati. Dengan alat pengukuran baku, orang dapat mencocokkan hasil perhitungan dengan kenyataan posisi sebenarnya dua benda langit: matahari dan bulan.Dari hasil pencocokan ini, diusulkan agar metode penghitungan yang kurang akurat tidak dipakai lagi sebagai acuan dalam menentukan awal bulan qomariyah.Sebuah langkah yang ilmiah dan mendasar, menurut saya, untuk menyatukan kaum muslimin di indonesia dalam menjalankan ibadah-ibadahnya. Dan kerana Allah telah memberikan petunjuknya, bahawa sebenarnya matahari dan bulan diciptakan agar manusia dapat menghitung waktu dan penanggalan:
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
[Al Qur'an, Yunus(10): 5]