Rabu, 18 Februari 2009

Depresi Menonton TV


Inilah peringatan terbaru akan bahaya ‘kotak cahaya’ bernama television. Jika orang tua mengkhuatirkan perkembangan anak mereka nanti setelah dewasa, kajian terakhir dari Archives of General Psychiatry menunjukkan hubungan antara depresi di masa dewasa dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di depan television semasa remaja, terutama di kalangan anak laki-laki.

Tahun 1995 yang lalu, para peneliti mewawancarai lebih dari 4 ribu anak-anak yang sehat dan menanyakan kebiasaan menonton televisi mereka. Rata-rata mereka menghabiskan sekitar 2,3 jam per hari untuk hal itu. Tujuh tahun kemudian, anak-anak yang telah menjadi dewasa ini diteliti kembali. Hasilnya, 308 diantara mereka dapat dikategorikan menderita depresi. Dan mereka ini rata-rata menonton television 22 minit lebih lama dari yang tidak mengalami depresi.

Para peneliti tersebut juga melihat bahwa untuk setiap jam yang dihabiskan untuk menonton television, terjadi peningkatan risiko menderita depresi sebesar 8%.
Mereka menduga bahawa waktu yang dipakai untuk menonton television menggantikan waktu-waktu yang digunakan untuk bersosialisasi, bermain-main, atau waktu tidur yang juga bermanfaat dalam mengembangkan aspek emosi dan pembelajaran. Mereka juga melihat bahawa isi dari program television dengan iklannya, akan menjadikan anak-anak merasa mundur, tak bererti, khuatir atau ketakutan. Semua itu akan mengarah kepada depresi.

Jadi, mesti berhati-hati dengan television…
Laporan dari jurnal di atas menyebutkan hasil reset atas lebih dari 4000 anak-anak yang sihat.